Apakah pencak silat harus menggunakan kembangan?
Beberapa waktu ini publik ‘dikejutkan’ dengan adanya film ber-genre action
mengusung Pencak Silat yang terbilang cukup sukses di pasaran. Adanya
film Merantau yang dilanjutkan dengan film The Raid cukup menghentak
jagad dunia perfilman. Namun demikian, dalam beberapa kali saya
berinteraksi dengan khususnya kalangan generasi muda, ada komentar yang
cukup ‘menggelitik’ buat saya. Komentar tersebut adalah: “emang itu silat ya, kok silat berantemnya ga pake kembangan sih?”
Nah mengenai kembangan ini merupakan topik yang
menarik, karena suka tidak suka, faktanya di mata umum, silat itu
identik dengan kembangan. Pertanyaan yang kemudian mengusik kita
adalah: apakah pencak silat harus menggunakan kembangan? Apakah ketika
tidak menggunakan kembangan itu tidak bisa disebut pencak silat?
Pertama-tama yang harus kita sepakati dulu adalah
mengenai apakah kembangan itu sendiri. Ada banyak definisi mengenai
kembangan ini, tapi intinya dalam perspektif yang umum, kembangan bisa
diartikan sebagai gerakan yang ditata sedemikian rupa dalam bentuk seni,
seperti sebuah tarian, yang digunakan dalam pementasan pencak silat.
Kira-kira begitulah definisi yang umum ada dalam benak masyarakat.
Nah mengenai kembangan ini, kemudian muncul lagi pembahasan yang lebih dalam, apakah
kembangan itu merupakan suplemen, ataukah sesuatu yang ditambahkan pada
jurus inti, ataukah kembangan ini hanya bersifat pemanis saja untuk
kepentingan pementasan silat yang bersifat seni?
Dalam perspektif saya pribadi, tidak ada gerakan
ataupun metode latihan silat yang tidak berguna atau sia-sia belaka,
bahkan lebih ‘ekstrim’ lagi, saya berpendapat bahwa meskipun kembangan
memang memiliki nilai seni artistik akan tetapi kembangan sendiri tidak
dicptakan semata-mata hanya sebagai fungsi seni artistik semata. Karena
jika kembangan dalam silat hanya difungsikan untuk kebutuhan seni
artisitik dan estetika semata, apa bedanya degan tarian tradisional
lainnya.
Memang antara tiap daerah, antara tiap aliran silat
ada perbedaan pengertian ataupun perbedaan fungsi mengenai kembangan
ini, akan tetapi buat saya tetap berpendapat bahwa kembangan ini
didesain untuk fungsi awal dari silat itu sendiri, yaitu berhubungan
dengan aspek beladiri.
Pada beberapa aliran tidak membedakan mana kembangan
mana jurus inti, karena dalam aliran yang dimaksud kembangan itu sendiri
diambil dari jurus inti.
Sekarang saya akan coba membahas dengan mengambil sampel beberapa aliran silat untuk membahas mengenai masalah kembangan ini.
Dalam silat sunda dikenal adanya ‘ibingan’ atau
‘igelan’, secara harfiah kosakata tersebut mengandung pengertian sebagai
‘tarian’. Dalam definisi secara harfiah tersebut jangan
disalahkaprahkan dengan menyamakannya dengan tarian tradisional lainnya.
Ketika bicara ‘ibingan’ atau ‘igelan’ di sini, maka konteksnya akan
mengacu pada Silat/beladiri.
Di tatar Sunda materi ibingan ini ada yang diberikan
ketika murid sudah sampai tahap tertentu, ada yang diberikan di akhir
materi pelajaran, dan ada yang diberikan malah di awal pelajaran.
Nah kembali ke soal pertanyaan apakah ibingan ini
merupakan ‘tempelan’, ‘supleman’ atau hanya fungsi pelengkap sebagai
fungsi seni dan estetika saja?
Gerakan pada ibingan ini sebetulnya tidak akan
jauh-jauh dari jurus dasarnya, dan tidak akan mungkin ibingan ini keluar
dari pakem dan konsep dari aliran tersebut. Jadinya ibingan ini sebetulnya bukan merupakan materi pelengkap fungsi seni dan estetika saja.
Ketika pesilat melakukan ibingan, maka sebenarnya
sudah merupakan latihan yang spesifik, melatih olah fisik dan olah rasa
sekaligus. Dalam melakukan ibingan, kita dituntut untuk memainkan
gerakan sesuai pakem dan konsep, dengan diiringi iringan musik. Nah ,
disini unsur penjiwaan begitu kental, bagaimana ‘merasakan’ dan
‘menikmati’ setiap gerakan yang dilakukan dan harus sesuai dengan
iringan musik.
Saat melatih ibingan , kita juga melatih ketukan,
melatih irama dan tempo gerakan. Di sini juga kita melatih pengaliran
tenaga dan juga ‘generate power’, kapan harus keras, kapan harus lembut, kapan harus cepat dan kapan harus lambat.
Bahkan dalam gerakan ibingan yang mungkin di mata
awam hanya terlihat seperti menari-nari saja, itu sebetulnya terkandung
materi gerakan yang bisa diaplikasikan dalam perkelahian (-perkelahian
di sini tentunya dalam konteks membela diri). Dalam suatu posisi
tertentu dalam sebuah ibingan, sebetulnya itu melatih postur, cara
berdiri dan bergerak, serta penempatan bobot-titik keseimbangan, kalau
dalam konsep Silat Sunda, termasuk di dalamnya “konsep kosong-isi’.
Dalam melangkah pun diperhitungkan hitungannya,
disesuaikan dengan Irama iringan musiknya. Nah di sini juga terkandung
pelajaran bagaimana melangkah. Ketika masuk dalam pelajaran bagaimana
cara melangkah artinya ini berkaitan degan materi bagaiman menempatkan
posisi yang aman bila bila berhadapan dengan lawan, di sini juga maka
akan berhubungan dengan mengenal “konsep sudut hidup dan sudut mati dari
lawan dan juga diri kita sendiri”.
Kemudian dalam ibingan tentunya iringan musiknya pun
tidak akan sembarangan, ada pakem-pakem tertentu, ada irama tertentu dan
ada alat musik tertentu yang tiap daerah akan berbeda. Dengan adaya
musik pengiring ini, secara psikologis ini akan membangkitkan
spirit/semangat si pesilat. Pada beberapa aliran malah ada yang
menjadikan gerakan ibingan yang diiringi musik tertentu seperti sebuah
meditasi berjalan. Jadinya berhubungan juga dengan konsep penerapan
psikologis dalam pertarungan. Secara otomatis ketika melakukan ibingan
berkaitan degan pembentukan karakter psikologis sebagaimana ‘diinginkan’
oleh jurus tersebut. Ada yang memang penjiwaannya harus terlihat keras
dan ‘garang’, ada juga yang sebaliknya malah harus terlihat sangat
santai.
Pada ibingan yang menuntut penjiwaan yang mengesankan
keras, artinya si pesilat dididik untuk bisa memainkan psikologisnya
menjadi berani, tangguh, dsb. Sedangkan dalam ibingan yang menuntut
penjiwaan santai ataupun yang bentuknya seperti sebuah meditasi
berjalan, si pesilat dididik untuk bisa mencapai ‘titik kosong’,
ketenangan, ‘konsep leuleus/lemes’, dsb. Artinya dalam melakukan sebuah
ibingan dituntut juga untuk mengatur napas dengan baik, jadi di sini
berhubungan juga dengan aspek melatih mengatur pernapasan.
Dalam pertarungan, aspek psikologis apapun itu amat
lah penting. Bagaimana bisa melakukan pembelaan diri jika kita sendiri
tidak bisa mengontrol sisi psikologis diri kita sendiri. Dengan
menguasai mental, dengan menguasa psikologis, maka di atas kertas
ibaratnya kita sudah memenangkan satu ronde. Demikian juga dengan
pengaturan napas karena dalam setiap aktivitas fisik dibutuhkan
pengaturan napas yang bagus.
Bicara mengenai ibingan, saya juga akan ambil contoh rumpun Betawi. Pada silat Betawi umumnya tidak dikenal adanya kembangan dalam pengertian ibingan.
Silat Betawi itu pada umumnya tidak memiliki bentuk ibingan degan
diiringi iringan musik khusus. Metode latihannya adalah langsung mengacu
pada jurus. Semua aplikasi baik itu pukulan, tendangan, bantingan,
kuncian, pergumulan, serangan, belaan, kesemuanya itu berdasarkan pada
jurus dasar/jurus inti.
Banyak masyarakat awam ketika menyaksikan pentas
atraksi silat betawi, menganggap bahwa apa yang diperagakan itu adalah
kembangan dalam pengertian ibingan, atau dengan kata lain sekedar
rangkaian gerak seni artistik yang memiliki fungsi estetika. Padahal
gerakan yang ditampilkan di panggung pun itu sebetulnya adalah gabungan
dari jurus-jurus dasar yang dimainkan sedemikan rupa supaya indah
dipandang. Kalau kita bedah jurus-jurus yang dipentaskan maka tidak akan
beda dengan jurus-jurus dasarnya, dan itu memiliki aplikasi yang juga
mematikan.
Pertanyaan berikutnya adalah: Apakah dalam pertarungan/perkelahian nyata harus menggunakan kembangan?
Seperti kita bahas sebelumnya bahwa ada aliran silat yang memiliki bentuk kembangan berupa ibingan dan ada juga yang tidak.
Kita bahas misalnya dalam perspektif aliran silat
yang memiliki bentuk kembangan berupa ibingan. Dalam perkelahian nyata
yang digunakan itu bukanlah kembangannya ataupun jurus-jurusnya, tapi
yang digunakan adalah aplikasi dan hasil dari latihan dengan menggunakan
kembangan atau jurus-jurusnya tersebut.
Jadi dalam aplikasi perkelahian nyata, tidak ada
sikap pasang tertentu, tidak ada kembangan tertentu, bahkan tidak ada
jurus yang secara saklek digunakan. Yang terjadi adalah, kita
menggunakan hasil dari latihan yang selama ini kita latih dengan
menggunakan media jurus-jurus, latihan kembangan, latihan ibingan,
penempaan, dan sebagainya.
Kalau boleh saya membandingkan berbicara kembangan
sebagai metode pelatihan, saya akan coba bandingkan dengan olahraga
sepakbola. Ketika kita nonton pertandingan sepakbola, maka yang kita
lihat adalah aplikasi dari hasil latihan. Coba kita tengok Sekolah
Sepakbola/ SSB, ada banyak metode pelatihan sepakbola mulai dari tingkat
pengenalan, tingkat dasar, hingga tingkat mahir dan layak untuk
‘mengaplikasikannya’ di lapangan hijau. Dalam pelatihan sepakbola bisa
kita lihat berbagai metode penempaan seperti push up, sit up, dll. Kita juga bisa melihat adanya metode pelatihan untuk melatih keahlian menggocek/menggiring bola, misalnya latihan juggling bola dengan kaki dan kepala, ada juga latihan berbagai varian men-drible bola,
jalan jongkok, dll. Kita tidak akan menemukan bentuk-bentuk metode
latihan dilakukan secara saklek/mentah-mentah di lapangan hijau. Tidak
akan kita temukan misalnya dalam pertandingan sepakbola tiba-tiba kipper
melakuan push up dan sit up sambil menjaga gawang, kita juga tidak akan menemukan seorang striker melakukan berbagai variasi juggling
bola ketika dalam pertandingan, kita juga tidak akan menemukan seorang
pemain bola melakukan jalan jongkok ketika sedang bermain bola.
Analogi seperti itu juga lah yang terjadi pada Pencak
Silat. Dalam latihannya ada berbagai metode, seperti melakukan jurus,
penempaan, melakukan ibingan, dll. Akan tetapi dalam aplikasi kita tidak
lagi menemukan bentuk yang persis sama seperti pada metode latihan
tersebut.
Kembangan, ibingan, jurus itu adalah sarana/media
dan metode latihan untuk kita memahami esensi dari aliran silat yang
sedang dipelajari.
바카라사이트 바카라사이트 12bet 12bet 카지노 카지노 12bet 12bet bk8 bk8 m88 m88 ラッキーニッキー ラッキーニッキー gioco digitale gioco digitale 522
BalasHapus